Gudangku!
  • Beranda
  • Short Story
  • Social Media Marketing
  • Cooking Trick
  • Ads Story
  • Brand Klinik
  • Beranda
  • Short Story
  • Social Media Marketing
  • Cooking Trick
  • Ads Story
  • Brand Klinik
No Result
View All Result
Gudangku!
No Result
View All Result
Home Short Story

Work From Home & Tips Menyiasati The New Normal.

May 10, 2020
7 min read
0 0
3
Work From Home & Tips Menyiasati The New Normal.
Share on FacebookShare on Twitter

Kerja dari rumah, belajar dari rumah, ibadah di rumah.

Anjuran tersebut disampaikan oleh Presiden Joko Widodo di pertengahan Maret 2020 guna mensikapi Pandemic Covid-19 yang masuk ke Indonesia dan telah menyerang hampir di seluruh kota di dunia.

Pengumuman terkait kerja dari rumah telah disampaikan oleh HRD kepada karyawan-karyawan mereka. Tentu saja disambut riang gembira. Bisa terbebas dari rutinitas berangkat pagi pulang petang adalah hal menyenangkan. Tak heran, jika di awal hal tersebut dikumandangkan, alih-alih kebingungan bagaimana cara kerja jarak jauh, justru konten-konten piknik yang diunggah di social media. Hal tersebut tentu saja langsung mendapat perhatian ekstra dari warganet, “Kerja dari rumah, bukan piknik”, “Di rumah saja, bukan piknik saja,” kira-kira seputar itulah komentar-komentar yang dilontarkan.

Tapi…

Apa boleh bikin, namanya juga suasana baru. Wajar jika masih gagap dan bingung menyesuaikan keadaan. Merasa cuti panjang hingga terpikir untuk piknik itu baru reaksi awal, akan ada reaksi kebingungan lainnya ketika sudah mulai masuk kerja yang sesungguhnya, ketika Atasan minta laporan, ketika meeting koordinasi kudu dijadwalkan, dan bahkan koordinasi lintas jarak tersebut adalah masalah tersendiri buat mereka. Dan benar saja, setelah semua sadar bahwa yang diminta adalah kerja dari rumah, maka mulai muncul gejolak-gejolak kecil yang dikeluhkan melalui linimasa masing-masing. Mulai dari gangguan anak, baju dan dandanan yang tidak layak untuk video call bareng rekan kerja, suasana kerja yang riuh antara orang ngobrol, jeritan anak, deru kendaraan, waktu kerja yang tiada henti, dan entahlah apalagi. Terlalu banyak yang dikeluhkan saat pertama kali anjuran Kerja Dari Rumah dikumandangkan. Mulai dari urusan domestik hingga urusan koordinasi yang terkendala koneksi.

RelatedPosts

Ada Apa dengan Blogger?

Ada Apa dengan Blogger?

August 5, 2018
Buzzer VS Brand Advocate

Buzzer VS Brand Advocate

August 6, 2018
#BoycottBali Are You Sure?

#BoycottBali Are You Sure?

August 6, 2018
Tentang Twitwar Yang Berujung Duel Mawut

Tentang Twitwar Yang Berujung Duel Mawut

August 6, 2018

Kerja dari rumah.

Orang biasa menyebutnya dengan Work From Home atau secara singkat biasa pula disebut dengan WFH. Bagi pekerja lepas waktu (freelancer), anjuran tersebut secara umum tidak mengubah ritme kerja mereka, karena kesehariannya memang kerja di rumah. Pengalaman saya pribadi, yang telah menekuni kerja di rumah sejak 2016 sebagai Konsultan Social Media Marketing di beberapa brand, di minggu pertama ketika semua Tim (yang semuanya adalah orang kantoran) mulai WFH, saya merasa jadi makin sibuk. Tiap hari agenda meeting bisa lebih dari satu kali. Belum lagi Whatsapp Grup kantor yang biasanya sepi jadi rame, berbunyi tiada henti. Telepon berdering bertanya ini itu yang sebenarnya sudah dibahas di meeting online maupun di grup. Padahal jika dicermati, bobot pekerjaannya tidak bertambah. Masih sama, persis plek, dengan sebelum era Kerja Dari Rumah tersebut.

Lantas, apa yang membuat orang-orang ini jadi terlihat sangat sibuk ya? Kan hanya pindah lokasi kerja saja, dari yang awalnya duduk manis di kantor, sekarang duduk manis di rumah. Gitu kan?

Enggak sih…. enggak gitu juga…

Saya ceritakan satu kisah.

Tahun 2008, ketika saya bekerja di bidang digital marketing, saya mulai dikenalkan dengan karyawan lepas waktu yang melengkapi satu atau dua jenis pekerjaan di kantor. Iya, saya pekerja kantoran waktu itu. Di awal kenal dan kerja bareng dengan freelancer, saya sempat senewen juga.

“Ini orang kemana sih? Dikontak nggak respon. Mana penting lagi.”

“Tolong dong, email dibalas.”
“Ketemuan dulu lah. Enak ngobrol langsung.”

Dan hal-hal panik lainnya yang bikin energi saya terkuras akibat kerja tidak tatap muka langsung seperti ini. Lambat-laun, saya mulai belajar menyesuaikan ritme kerja mereka yang kerja di rumah dan saya yang kerja di kantor. Aman. Saya menjalaninya hingga bertahun-tahun kemudian, tak ada kendala yang berarti dalam urusan koordinasi kerja. Tahun 2016, saya memutuskan untuk kerja di rumah, karena saat itu pas kebetulan ada kesempatan untuk bisa melakukan hal tersebut. Bosan juga ya ngantor, sementara jenis pekerjaan saya sebenarnya bisa dikerjakan di mana saja sepanjang ada koneksi internet. Hal baru lagi saya mulai di sini.

Berkoneksi dengan mereka yang kerja di rumah sementara kita kerja di kantor vs kita yang kerja di rumah, ternyata sangat berbeda. Ada faktor psikologis yang melatar-belakangi kenapa saya yang sudah terbiasa kerja bareng dengan freelancer pun tetap gagap ketika kemudian harus jadi seorang pekerja di rumah.
“Rumah itu buat nyantai, bukan buat kerja” adalah persepsi pembentuk mental yang menjadi penghalang bagi orang yang baru pertama kali Kerja Di Rumah. Bawaannya pengen nyantai melulu. Lihat streaming film lah, yang tahu-tahu sudah jam 3 sore, padahal kayaknya baru saja jam 8 pagi. Atau yang hobi masak seperti saya, jika lagi malas nonton serial di TV berbayar, malah sibuk mencoba resep-resep baru. Pokoknya ada saja hal-hal yang mengalihkan perhatian dari pekerjaan kantor. Padahal ketika kerja di kantor, saya ya tetap bisa menikmati serial ataupun film di TV berbayar dan juga tetap bisa menyalurkan hobi masak. Kok sekarang malah jadi caur gini ya? Kerjaan tak tersentuh sama sekali, baru dikerjakan pas deadline sudah tinggal beberapa jam lagi. Kemudian jadi stress sendiri, senewen, dikejar-kejar pekerjaan akibat ketidakmampuan kita mengelola waktu.

Ah iya…. masalahnya ada di cara mengelola waktu, dan tentu saja tentang persepsi bahwa rumah adalah tempat istirahat kudu mulai diubah bahwa rumah juga kantor, tempatku bekerja dan berkarya. Maka saya mulai melakukan perubahan. Saya paham bahwa ini hanya soal kebiasaan semata, harus diubah kebiasaan lama menjadi kebiasaan baru, dan mulailah saya menyusun kegiatan baru ini. Berikut beberapa tips bagi pemula yang harus menyesuasikan kondisi New Normal tersebut:

  1. Kelola Waktu. Saya membaginya sebagai berikut:
    • Pagi hari adalah waktunya untuk diri dan keluarga (5.00-8.00).

Pada kisaran jam ini, kegiatan yang saya lakukan murni untuk kepentingan diri sendiri termasuk di dalamnya bercengkerama dengan keluarga seperti, membaca buku atau menonton TV, berolahraga ringan, menikmati kebun, bercakap-cakap dengan tetangga. Pokoknya hal-hal yang sifatnya pribadi dan tidak ada unsur kerjanya sama sekali. Selepas itu, baru mandi, persiapan untuk mulai buka laptop.

    • 09.00-17.00
      Mengingat saya kerja di rumah, maka sembari buka laptop, sekaligus bisa sambil sarapan. Di awal biasanya saya ngecek semua perangkat kerja saja untuk memastikan apakah semua dalam kondisi baik-baik saja atau ada kendala-kendala baru yang belum sempat saya cek semalam. Lantas melihat apakah ada permintaan-permintaan baru yang harus segera diselesaikan atau masih bisa menunggu waktu. Jika semua telah selesai dicek dan tidak ada hal-hal yang perlu dikhawatirkan, maka saya bisa mulai sarapan dengan tenang, bisa disambi baca buku, atau cek informasi/berita di social media. Jika ada hal penting yang segera ditindaklanjuti, maka saya akan kerjakan segera sembari sarapan. Tak masalah tho? Di rumah sendiri ini, karena jika tidak disambi sarapan, berdasarkan pengalaman, malah langsung bablas kerja hingga jam makan siang tiba. Kok tidak sarapan dulu baru cek kerja? Jam 9 pagi adalah saat yang tepat untuk memulai kerja karena jika harus berkoordinasi dengan klien yang ada di kantor untuk urusan yang sifatnya penting, jam tersebut adalah jam paling tepat, tidak terlalu pagi dan juga tidak terlalu siang untuk menindaklanjuti hal penting tersebut. Selanjutnya, sepanjang waktu kerja ini, jika memang tidak ada hal-hal yang musti dikerjakan, saya bisa “me time” and chill. Bisa juga memasak, atau bikin janji bertemu dengan kawan. Di sela-selanya, tentu saja saya tetap melakukan “checking” di semua perangkat kerja saya, untuk sekadar memantau laju kerja atau memantau progres pekerjaan yang dilakukan oleh tim di bawah asuhan saya.
      Selesai. Saatnya nyantai….
    • 18.00-22.00
      Adalah waktu saya menginstirahatkan otak dari setingan kerja ke setingan istirahat. Penting buat kita mengubat setingan (cara berpikir) otak supaya otak tidak dalam mode waspada kerja senantiasa. Santai dulu lah…. meskipun kenyataannya bisa saja berkata lain. Kerja di rumah itu waktunya tidak tak terbatas. Meskipun sudah diset sedemikain rupa, namun kenyataan di lapangan terkadang mengharuskan kita tetap “terjaga” saat sewaktu-waktu dihubungi harus siap sedia. Meski dalam mode santai sekalipun, saya tetap memantau laju pergerakan layar hape, barangkali ada pesan penting dari tim kerja/klien. Saat hendak tidur, saya memastikan sekali lagi semua grup kerja, apakah ada hal penting yang bisa ditunda dikerjakan besok, atau kudu sekarang diselesaikan. Selanjutnya, bisa tidur dengan tenang.

2. Kelola keriuhan.

Ketika di kantor, selalu ada jeda dalam setiap pekerjaan. Kadang kita bisa main game atau ngecek social media di depan komputer kita ketika sedang tidak ada hal penting yang harus dikerjakan segera. Atau kita bisa sejenak ke pantri untuk bikin kopi. Atau melipir ke ruangan atau meja sebelah hanya untuk membahas season drakor yang lagi heboh. Iya atau ho oh? Begitulah… tanpa sadar, kita mengelola kesibukan kita sehingga masih bisa melakukan hal-hal tersebut. Nah, terapkan juga hal tersebut ketika kerja di rumah. Ada jeda waktu yang bisa kita manfaatkan untuk (misalnya) bergumul dengan anak sejenak sehingga si anak tidak merasa diabaikan. Nonton serial drama atau film favorit di TV berbayar dengan tentu saja mode siaga kerja, jadi sewaktu-waktu ditelepon/WA/email, kita bisa langsung memberikan respon. Sama persis ketika sedang di kantor, saat lagi asik lihat youtube, kita bisa langsung pause dan balik kerja lagi kan? Tontonan bisa ktia paused sejenak kan? Jangan biarkan kita terlena dengan yang bukan waktunya untuk dinikmati, set pikiran kita bahwa ini adalah jam kerja, jadi utamakan yang kudu diutamakan. Maka nikmatnya kerja dari rumah ada digenggaman.

3. Persiapkan tampilan diri, jadi sewaktu-waktu dibutuhkan untuk tatap muka jarak jauh, diri ini sudah siap. Anggap saja kita sedang ngantor dengan baju nyantai. Jadi saat dibutuhkan, hanya tinggal ganti baju saja. Jangan biarkan wajah acak-acakan, selain nggak enak dilihat, juga bikin mood meeting seluruh ruang, meskipun nggak signifikan, akan terpengaruh juga.

4. Pilih perangkat kerja jarak jauh yang paling nyaman buat digunakan.

Ada banyak aplikasi yang bisa digunakan untuk mengelola kerja tim, seperti Trello misalnya. Atau WAG juga bisa optimal untuk yang sifatnya koordinasi semata. Dan sisanya bisa dicar di mesin pencari.

5. Persiapkan mental.

Bahwa kerja di rumah itu waktunya tidak tak terbatas. Jadi jangan sering menggerutu atau kesal karena sering diganggu pekerjaan. Itulah kenikmatannya. Pekerja dari rumah itu tidak punya “privilege” menikmati sedapnya hari libur, karena bagi mereka setiap hari adalah hari libur. Bisa piknik kapanpun tanpa perlu menunggu long weekend atau libur panjang lainnya. Demikian pula dengan urusan kerja. Kapanpun, dimanapun, harus bisa dihubungi adalah poin penting yang tidak boleh diabaikan.

Di era Kerja Dari Rumah akibat Pandemic Covic-19 ini, kita diharuskan bisa mengubah pola hidup, dimulai dari mengubah paradigma tentang apa itu kerja dari rumah, lalu kemudian belajar mengatur dan mengelola waktu serta menerapkannya hingga menjadi kebiasaan baru, sehingga tak ada lagi alasan itu itu untuk membenarkan yang keliru.

Sudahkah kita siap dengan dunia baru, atau hanya ingin menghabiskan waktu dengan menggerutu?

Salam,
/ww

 

 

Catatan: Tulisan lama yang didaur ulang untuk menyesuaikan waktu yang berubah dan perlu diabadikan di sini.

Tags: coronacovid 19freelancerkerja dari rumahonlinepandemic covic-19pekerjathe new normaltipswork from home
ShareTweetSend
Previous Post

Semarang, Kampung Halaman

Next Post

APAKAH HASHTAG INSTAGRAM MASIH RELEVAN DI 2020?

wiwikwae

wiwikwae

Specialist, in Social Media Marketing Communication & Branding.

Related Posts

Semarang, Kampung Halaman
Short Story

Semarang, Kampung Halaman

May 4, 2020
Sometimes it Snows In April – When in Berlin
Short Story

Sometimes it Snows In April – When in Berlin

August 12, 2018
Rembulan Di Marienplatz.
Short Story

Rembulan Di Marienplatz.

August 12, 2018
Next Post
APAKAH  HASHTAG  INSTAGRAM  MASIH  RELEVAN  DI  2020?

APAKAH HASHTAG INSTAGRAM MASIH RELEVAN DI 2020?

Comments 3

  1. Eddy Fahmi says:
    3 years ago

    Salah satu keunggulan work from home adalah selalu bisa dekat dengan anak. Eh tapi ya gitu, kadang si anak juga suka bikin repot pas sedang work, haha.

    Reply
  2. Dodong Priyambodo says:
    3 years ago

    mbok aku dijak mbak…

    Reply
  3. Ajeng Gandini says:
    2 years ago

    Banyak enaknya atau nggak enaknya mbak?

    Reply

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Recent Posts

APAKAH  HASHTAG  INSTAGRAM  MASIH  RELEVAN  DI  2020?

APAKAH HASHTAG INSTAGRAM MASIH RELEVAN DI 2020?

May 28, 2020
Work From Home & Tips Menyiasati The New Normal.

Work From Home & Tips Menyiasati The New Normal.

May 10, 2020
Semarang, Kampung Halaman

Semarang, Kampung Halaman

May 4, 2020
Sometimes it Snows In April – When in Berlin

Sometimes it Snows In April – When in Berlin

August 12, 2018
Rembulan Di Marienplatz.

Rembulan Di Marienplatz.

August 12, 2018

Popular

  • Lapandewa, Negeri di Atas Langit

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Manfaat Menangis

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Bercinta

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • C E M B U R U

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Serendipity

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tentang Menanam Rindu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

Instagram

  • Sedang rajin menulis pake tangan  Konon katanya  menulis pake tangan bisa utk terapi   Kalo buat saya  utk melatih otot tangan yg mulai kaku2 jarang diajak menari   Kalo kalian           handlettering   wisdomquotes   TanyaMbaknyai   quoteoftheday   handwriting
  • Yuk  mareee    Yg hobi gambar  nge-doodle  nulis  silakan menyimak obrolan dengan Tamu Klinik kami siang ini   ruthwijaya   Bakalan seru nih  Am so exciteeeed       Link ada di Bio Ya     Jam 11  sebentar lagi nih di  BrandKlinik            senigambar   marketingtips   socmedtips   socialmediamarketing   doodle  supportsmallbusiness   supportlocalbusiness
  •  BrankKlinik Sesi ke 5 diskusinya menarik  karena membahas salah satu makanan kesukaan  Siomay Perintis  bersama pemiliknya  Mas  hagihagoromo     Diskusi di Brand Klinik sesi ini berhasil memberikan ide  DijaminTidakAwet  karena produk siomaynya memang tidak awet  Penasaran di mana tidak awetnya  Simak langsung yaa       Jika ada UMKM baik jasa produk personalbrand  tertarik untuk berdiskusi dan mencari solusi di BRANDKLINIK  bisa mengisi formulir pendaftaran yang ada di bio yaa     Kami akan bantu memecahkan masalah anda di bidang Branding Markom Social Media Marketing   GRATIS         UMKM  BISNISKULINER  SUPPORTBUSINESSLOCAL  KELASSINAU
  • Sering sekali kita berbelanja kebutuhan rumah tangga yg kemasannya dari bahan plastik  Jangan buang tempatnya jika isi sudah habis  Bisa kita manfaatkan untuk membuat ruang rumah kita jadi hijau lho   Atau dengan sedikit kreasi  tempat-tempat bekas tersebut bisa untuk hantaran tanaman hasil perkembangbiakan ke tetangga saudara kawan
  • Bisnis Kulit dan cara optimasi social media di masa pandemi  adalah tema bahasan  BrandKlinik Episode ke 7   Ada Hadiah bagi para penanya  ID Card Holder  geser ke kiri     Setelah berhasil memberikan ide gagasan untuk bisnis para UMKM yg join di Klinik kami dalam mengurai permasalah bisnis mereka  kami berencana menambah jam tayang guna mengakomodasi para pendaftar yg semakin banyak ini  Seperti apa keseruannya  Simak Obrolan kami di Channel Youtube BrandKlinik  Link bisa dilihat di Bio    Mari berbagi  berdiskusi  dan cari solusi di ruang klinik kami                 marketingcommunications   socmedmarketing   bisnisonline   umkm   beautytips
  • Kalo ketemu sama orang-orang kreatif itu menyenangkan ya   Kadang bikin takjub dg cara pandang mereka yang  keluar dari box   Out of the box   Yang seperti apa sih itu   Mudah nulisnya  tapi tak mudah menemukan maksudnya    Kalian tahu maksud out of the box itu yg seperti apa   SobatNyai   Jyaaah     Sobat nyai      Pasaran banget dan gak  out of the box         In frame  Penulis novel  Youtuber handal  founder skygrapher       TanyaMbaknyai  friendship   coffeebreak   creativearmy
  • Home
  • About Me
  • Archives
  • Contact

© 2020 WiwikWae.

No Result
View All Result
  • Beranda
  • Short Story
  • Social Media Marketing
  • Cooking Trick
  • Ads Story
  • Brand Klinik

© 2020 WiwikWae.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In