“Kalau Buzzer itu untuk create WOM ya? Apakah dia bisa kita bayar untuk men-ecourage orang supaya jadi brand advocate?”
Pertanyaan setipe seperti tersebut di atas yang sering muncul ketika saya mengajar di beberapa kelas Digital Marketing. Salah satunya beberapa waktu yang lalu di kelasnya Markplus. Dan jika ada pertanyaan seputar brand advocate, biasanya pertanyaan tersebut keluar dari seorang pemasar. Jarang seorang Public Relation mengkaitkan buzzer dengan brand advocate, karena mungkin memang kebutuhan dua divisi ini berbeda. Tak jarang, beberapa pemasar sedikit resisten dengan pola buzz seorang buzzer. Bagi para pemasar -yang pada suatu ketika pernah saya tanyakan alasan ketidakcocokan dengan metode buzzing, buzzing hanya buang2 duit tanpa jelas apakah bisa meningkatkan penjualan atau tidak. Namun berbeda lagi dengan para praktisi PR.
Taktik PR paling populer di era post modern seperti saat ini adalah penetrasi ke para influencer/buzzer untuk digunakan pengaruhnya dalam membentuk sebuah buzz. Di era post mordenisasi, posisi yang tadinya diisi oleh selebriti telah digantikan oleh seorang influencer. Meskipun seorang influencer itu bisa jadi seorang selebriti pula. PR percaya bahwa influencer/buzzer bisa menciptakan sebuah obrolan dengan pengaruh yang mereka miliki. Meskipun seringnya impact yang timbul bersifat jangka pendek.
Untuk itu, berikut perbedaan antara Buzzer vs Brand Advocate yang saya kumpulkan melalui pengalaman pribadi dan dari beberapa sumber:
1. Customer Trust
Buzzer: menurut forrester research inc, buzzer/influencer hanya mampu menciptakan kepercayaan dari pengaruh yang mereka miliki sebesar 18%.
Brand Advocate: mampu menciptakan 92% rasa percaya terhadap apa yang mereka sampaikan.
2. Typical Profile
Buzzer : blogger, selebriti, para cendekia
Brand Advocate : Pelanggan yang sangat puas dengan brand tersebut.
3. Defined by
Buzzer : Jumlah fans/follower (twitter follower, blog subsriber, etc)
Brand Advocate: Ditentukan dari seberapa sering mereka merekomendasikan sebuah brand ke pihak lain.
4. Motivation
Buzzer : menciptakan hype atau pertumbuhan fans/follower.
Brand Advocate : membantu pihak lain
5. Advocacy & loyalty
Buzzer: jangka pendek
Brand Advocate: bisa jadi selamanya
6. Genuine passion
Buzzer : Maybe (?)
Brand Advocate : Yes
7. Incentive needed
Buzzer : typically yes (incentive, trial product, etc)
Brand Advocate : typically No
Buzzer, dengan pengaruhnya mampu mengarahkan sebuah tindakan, dan brand tidak perlu repot2 harus menjalin kedekatan emosional dengan mereka. Sedangan brand advocate, mampu melakukan apapun yang bahkan tidak mampu dilakukan oleh seorang buzzer/influencer papan atas sekalipun. Namun menciptakan seorang brand advocate bukanlah perkara mudah. Butuh waktu, tenaga dan biaya yang bisa jadi lebih besar daripada hanya sekedar membayar seorang buzzer.
Jadi, mau pilih yang mana?
Salam,
Wiwik
Akhirnya semua terpulang ke budget klien.
Untungnya, ada Brand Advocate yg sangat terpuaskan dengan produk, jadi dia endorse produk-nya dengan sukarela.
Harusnya brand bisa menciptakan banyak brand advocate. ini Tugas maha penting sebuah brand :)
Entah apa yg dilakukan sama apple, sehingga bisa menciptakan banyak fanboy. Ini yg perlu dikaji sih… Bukan bicara ttg budget klien hehe
kulo ga mudheng je
baru pernah sekali sok2an jd buzzer selintas, ndak dapet duit npula #malahCurcol haha
Hahha.. curcol aja, om. Bebas kok curcol di lapak ini. Lha kalo om warm ngebuzz dg sukarela itu berarti bukan kategori buzzer oom…. :D
sebagai calon PR yang kelas short course-nya belum dimulai juga karena jadwal kelas malam belum dibuka, saya merasa terpuaskan *kemudianmakanpisang
terpuaskan oleh pisang, kak nunik? oh, wow!
Mau saya mbak ikut kelasnya… Rasa2nya pengen upgrade ilmu digital marketing lagi..
Salam,
Juri Saragih
ternyata ilmu internet marketing ane masih cupu banget..harus sering2 belajar nih.. :(
kalau seperti ini mah emang tergantung dari budget yang dimiliki yak..
Baru tahu tentang brand advocate :)
wah ternyata ada banyak jenis buzzer ya mbak..harus banyak belajar dari mbak wiwik nih soal internet marketing
Mamah, aku mau dong ditawarin penawaran kerjasama.
Tertanda,
Buzzer
Hahahahaha.
Kalau untuk jaman sekaran inih gimana mbak Wiwi? Untuk sebuah brand baru yang pengen dikenal masyarakat dan berpengaruh langsung terhadap penjualan?
Maksudnya gimana itu piye, mbak semi? Ada proses yang harus dilalui, cuma di era milenial ini, prosesnya bisa dibuat instan. Namun efeknyapun demikian pula adanya.