Karma Itu Datang Terlalu Cepat.
Beberapa orang mengomentari kasus tertangkapnya Jennifer Dunn dengan kalimat tersebut. Saya lantas berpikir, dari mana mereka tahu bahwa itu adalah karmanya Jennifer Dunn? Apa yang mereka pahami tentang karma itu sendiri? Apakah kemalangan yang menimpa seseorang adalah sebuah musibah? Atau justru malah berkah?
Perihal berkah atau musibah, saya pernah mengalami perjalanan spiritual terkait hal ini. Suatu kali, seorang kawan mengajak pergi umroh yang langsung saya sambut baik ajakan tersebut. Saya segera mempersiapkan diri. Biro perjalanan telah dipilih, uang telah disiapkan, tinggal menunggu proses keberangkatannya saja.
Ketika waktu mendekati bulan keberangkatan, saya mendapat kabar bahwa keberangkatan diundur. Tak mengapa, saya tidak sedang terburu-buru. Lantas saya menunggu. Waktu berjalan hingga mendekati waktu keberangkatan kedua yang ternyata juga diundur lagi. Dan kali ini saya tak mau menunggu, muncul kecurigaan hingga akhirnya membuat saya membatalkan perjalanan umroh dengan biro ini.
Seminggu berlalu semenjak kegagalan berangkat umroh tersebut saya tidak memusingkan diri. Mungkin belum jatahnya, pikir saya. Namun tak lama, kawan yang lain menawarkan pergi umroh bareng rombongan dia. Ajakan kali ini pun saya iyakan, dengan biro yang lain lagi tentunya.
Jika dengan biro yang pertama saya tidak kehilangan uang meski membatalkannya, dengan biro kedua kejadiannya lebih parah sedikit, karena di sini saya kehilangan sedikit uang (yang dianggap sebagai uang ganti pengurusan). Dan di biro kedua, meski jadwal sempat mundur sekali dari yang seharusnya, namun akhirnya kami sempat melakukan Manasik. Kami berlima juga sudah mendapatkan bagian perlengkapan termasuk tas dan segala ubo rampe identitas diri. Pokoknya manteb bakal berangkat. Hingga 2 hari menjelang tanggal keberangkatan, saya pamitan ke anak kantor dan juga saudara-saudara untuk memohon doa restu, sebagai bagian dari tradisi di sini. Namun tak lama setelah pamitan dan membalas semua respon yang masuk, saya mendapat kabar bahwa kami (saya dan 4 kawan yang lain) termasuk dari 15 orang jemaah yang tidak mendapatkan visa sehingga tidak bisa berangkat di perjalanan Umroh lusa hari.
Kan pait…. Udah pamitan lho ini. Mosok gagal lagi sih?
4 Kawan yang lain marah sama penyelenggara karena kabar yang mendadak tersebut. Saya? Boro-boro marah, ngomong aja udah gak bisa. Yang ada lemes banget, perasaan sediiih tak terkira. Ada dorongan kesedihan yang tak pernah saya rasakan. Sedih putus cinta masih bukan apa-apanya dibanding kesedihan kali ini. Saya merasa ditolak Tuhan. Sedihnya tak tergambarkan, hingga saya gak mau keluar kamar 3 hari lamanya, dan gak doyan makan. Padahal saya bukan tipe penikmat kesedihan seperti ini. Saya biasanya menghadapi semua kesedihan dengan ketawa, meski kadang tawanya amat getir plus air mata.
Karma.
Terlintas pikiran bahwa kegagalan 2x pergi berumroh adalah karma buat saya. Entah karma perbuatan yang mana, saya sudah tak bisa mikir lagi. Kesedihan akibat perasaan ditolak oleh Tuhan ini mempengaruhi psikis saya. Hari ke 4 saya mulai keluar kamar, karena saya tidak betah meratapi kesedihan sedemikian rupa. Bukan tipe saya. Namun saya tetap bersedih, bayangan karma hingga Tuhan menolak kehadiran saya menimbulkan efek psikosomatis.
Di tengah kegalauan, tepat seminggu masa galau tersebut, tiba-tiba ada kawan lain menyampaikan kabar bahwa ada paket umroh Ramadhan. Saya gamang, antara takut ditolak lagi namun juga penasaran, benarkah Tuhan menolak kehadiran saya? Akhirnya dengan tekad baja, saya terima tawaran tersebut. Sebenarnya dari awal saya lebih menginginkan Umroh pas Ramadhan. Namun biayanya yang relatif lebih mahal membuat saya mengurungkan diri mengambil paket yang ini. Setelah penolakan yang ke sekian kali, saya sudah tidak memikirkan biaya lagi. Bodo amat lah mau biaya berapa, yang penting kegundahan saya terjawab, benarkah Tuhan menolak kehadiran saya?
Dan ternyata, apa yang awalnya saya kira Karma, adalah sebuah berkah buat saya. Iya, saya bisa berangkat umroh pada paket Umroh Ramadhan tersebut. Harganya tidak jauh beda denga harga paket umroh sebelumnya. Semua persiapannya dipermudah. Ternyata, kegagalan yang saya alami adalah sebuah berkah, karena Tuhan telah mempersiapkan waktu yang tepat, sesuai keingingan saya.
Semenjak itu, saya tak pernah berburuk sangka lagi terhadap Tuhan. Tiap kali ada kesulitan, saya akan optimis menyambutnya, karena saya yakin ada hal baik di depan yang telah disiapkan. Saya sudah membuktikannya berkali-kali setelahnya.
Mengutip sebuah kalimat dari broadcast message, “Bisa jadi keterlambatanmu dalam sebuah perjalanan adalah keselamatanmu. Boleh jadi tertundanya pernikahanmu adalah sebuah keberkahan. Boleh jadi dipecatnya kamu dari pekerjaan adalah sebuah maslahat. Boleh jadi belum dikaruniai seorang anak adalah kebaikan dalam hidupmu.”
Percayalah, punya perasaan ditolak oleh Tuhan adalah perasaan sedih yang paling menyesakkan dada.
Jadi, karma atau berkah? You decide it.
Tabik,
/ww