Minggu Pagi.
Menghirup aroma wangi Teh Upet dari pot teh poci yang baru aku seduh. Kubiarkan aromanya memenuhi ruang kamarku. Terdiam. Kembali kupandangi koper-koper yang sudah siap diajak jalan-jalan tersebut. Entah kenapa perjalanan kali ini membuatku resah menunggu.
Aku sering melakukan perjalanan ke tempat-tempat yang menyenangkan dan sangat menyenangkan. Namun tak pernah sekalipun diriku dibuat resah kapan waktu keberangkatan itu tiba. Biasanya kulalui hari-hari dengan biasa saja. Tidak pernah terlalu senang, tidak juga kepikiran, nggak bisa tidur, atau pengen segera dateng hari H keberangkatan, biasa saja. Tak jarang dari beberapa rencana perjalanan tersebut kulalui dengan perasaan males ngepak baju. Maka sering kali aku ngepak baju satu atau dua jam pas mau berangkat menuju terminal keberangkatan.
Namun perjalanan kali ini terasa beda….
Sejak seminggu yang lalu, saat tanggal keberangkatan telah ditentukan, aku sudah mulai resah menunggu. Hampir setiap hari aku selalu memandangi koper-koper tersebut, menoleh ke tanggalan dan mulai menghitung hari. Tak jarang dari rasa pengangen-angen tersebut, sembari memandangi koper, mataku dibuat berkaca-kaca dengan alasan haru biru yang tidak jelas. Mungkin karena ada perasaan takut yang sangat kuat bersemayam dalam hati. Takut ditolak, sehingga keberangkatan yang sempat gagal di Bulan Maret, akan gagal lagi di bulan ini. Kenapa harus takut? Karena aku punya banyak salah. Aku pernah menghujatNya saat tak kuat lagi melalui ujian yang Ia berikan di sela-sela doaku padaNya. Pernah pula hendak meninggalkanNya, berpindah ke tempat lain. Tak terhitung berapa kali aku mengabaikanNya. Namun, Ia tetap mengasihiku, melindungiku, menjagaku, dan mengabulkan doa-doaku. Ia tak pernah pergi. Ia selalu ada dan senantiasa membuka tangannya menerimaku kembali. Tipikal Kekasih Sejati…
Ketakutan itu pula yang membuatku jarang sekali membicarakan tentang rencana perjalanan ini. Hanya dengan sedikit orang aku mau berbagi tentang rencana ini. Selebihnya jika ditanya, aku menjawabnya dengan senyuman, sebuah isyarat tak hendak membahasnya. Aku takut, dengan begitu banyaknya kesalahan yang aku miliki, Ia tak memperkenankanku bercengkerama lebih dekat denganNya. Aku takut tidak bisa berangkat…
Sekarang, tinggal 4 hari lagi menuju tanggal keberangkatan. Aku sedang PMS, diperkirakan pas tanggal berangkat pas menstruasi. Beberapa kawan dekat menyarankan supaya aku mengkonsumsi obat-obatan penunda mens, tapi aku tak melakukannya. Aku yakin, jika memang sudah ketetapan Allah aku harus berangkat, maka tidak hal apapun yang bisa menghalanginya.
Jika kemarin-kemarin masih takut untuk menceritakan tentang detail keberangkatan kepada beberapa teman yang bertanya, sekarang tidak lagi. Bukan karena jadwal keberangkatan ini sudah pasti, namun ketakutan-ketakutan tersebut telah sirna. Tergantikan dengan perasaan iklas dan legowo.
Jika Allah memang belum menghendaki aku berkunjung ke Baitullah untuk bercengkerama lebih dekat denganNya & orang-orang terkasihNya, aku bisa apa?
Salam,
-Wiwik-
Ndonga wae mbak. Semoga semua lancar dan dimudahkan ya.. Amiiin :)
Iyo, mbok… semoga dilancarkan ya, amiin.. :)
Semoga niatnya terwujud dan dimudahkan ya, Mbak :)
Semoga lancar ya mbak. Pulang nanti dengan lega dan senang. ;)
@elafiq & Yensen : Amiiin… :)
barokallah.. selamat beribadah umroh.. semoga lancar dan selamat mulai berangkat, di sana, hingga pulangnya..