Gudangku!
  • Beranda
  • Short Story
  • Social Media Marketing
  • Cooking Trick
  • Ads Story
  • Brand Klinik
  • Beranda
  • Short Story
  • Social Media Marketing
  • Cooking Trick
  • Ads Story
  • Brand Klinik
No Result
View All Result
Gudangku!
No Result
View All Result
Home Short Story

Menjadi Indonesia yang Beda

April 19, 2014
4 min read
0 0
11
Share on FacebookShare on Twitter

Dia kembali cerita soal sahabat wanitanya itu dengan mata berbinar-binar. Sesekali dia terkekeh menceritakan kenangan-kenangan lucu mereka. Saya sempat menduga kalau dia pernah menyukai sahabatnya itu. Namun dia mengelak, dengan alasan karena sahabatnya itu Cina. Well, sedikit rasis memang.

Tapi memang begitulah kondisi yang terjadi di negara kita bukan?

Meski sekarang cenderung sudah lebih membaur, namun pengkotakkan hubungan sosial Tionghoa –Jawa masih tetap terasa. Peninggalan politik pecah belah Belanda yang membagi strata sosial di wilayah jajahannya, membuat Warga Tionghoa merasa lebih tinggi derajatnya daripada warga pribumi (Jawa). Hal inilah yang membuat kedua etnis tersebut merasa tidak layak untuk berhubungan lebih intim antara satu dengan yang lainnya.

“Dulu itu, Tionghoa dengan pribumi hidup rukun dan harmonis. Kelenteng Tiao Kak Sie dan Kampung Pecinan itu bukti diterimanya Warga Tionghoa yang masuk ke Cirebon. Bahkan anak buah Laksamana Cheng Ho adalah seorang muslim Tionghoa, yang aktif melakukan syiar agama Islam di Cirebon.”

Mbah Ciek pernah bercerita seperti itu kepadaku. Lelaki renta, perakanan Tionghoa yang hidup sendirian di salah satu sudut Kota Cirebon. Saya menyukai cerita-ceritanya perihal Warga Tionghoa. Mengenai keberatan warga Tionghoa dengan sebutan “Cina” serta tentang sekat-sekat yang ditinggalkan oleh politik devide et impera tersebut.

RelatedPosts

APAKAH  HASHTAG  INSTAGRAM  MASIH  RELEVAN  DI  2020?

APAKAH HASHTAG INSTAGRAM MASIH RELEVAN DI 2020?

May 28, 2020
Work From Home & Tips Menyiasati The New Normal.

Work From Home & Tips Menyiasati The New Normal.

May 10, 2020
Semarang, Kampung Halaman

Semarang, Kampung Halaman

May 4, 2020
Sometimes it Snows In April – When in Berlin

Sometimes it Snows In April – When in Berlin

August 12, 2018

Devide et Impera, diciptakan dengan tujuan agar tidak ada persatuan dari kedua etnis (Tionghoa – Jawa) yang diyakini bisa membahayakan kedudukan Belanda saat itu. Dari sinilah mulai diciptakan politik adu domba. Membagi strata sosial dengan menempatkan warga Tionghoa & Arab lebih tinggi derajatnya daripada kaum pribumi. Memberikan tugas-tugas yang lebih ringan ke Tionghoa, sementara tugas yang relatif lebih berat diberikan ke warga pribumi.

Hal-hal semacam inilah yang kemudian menimbulkan kecemburuan sosial dan kebencian antara kedua belah pihak. Bahkan stigma negatif terhadap Warga Tionghoa juga muncul pada masa Pangeran Diponegoro (1825 – 1830) dimana wanita-wanita Tionghoa dianggap sebagai penyebab kekalahan Pasukan Diponegoro dan Sastradilaga (Tertulis dalam Serat Babad Diponegoro Maskumambang XXXIII).

Begitulah…

Tak heran, jika kemudian dia lebih memilih “hanya  menjadi sahabat” kepada wanita cina yang tanpa dia sadari telah mempesona hatinya itu.

Atau Monic, kawan saya yang peranakan Tionghoa. Dia lebih memilih sakit hati, meninggalkan lelaki Jawa yang dicintainya ketimbang harus dikucilkan dari keluarga besarnya.

Salah siapa?

Tak perlu dipertanyakan. Menghilangkan pengaruh politik pecah belah Belanda yang sudah tertanam berabad-abad lamanya memang tidak mudah. Ada yang dengan cepat berbaur kembali, ada yang masih perlu proses dalam menghilangkan pengaruh tersebut.

“Cina itu, kalau kaya pasti dituduh kaki tangan dan penjilat pemerintah. Tapi kalau miskin, disukurin. Sukurin lo, Cina kok miskin.”

Begitu suatu kali seorang kawan pernah becanda seperti itu. Tidak bisa dipungkiri, begitulah kenyataan yang terjadi di lapangan. Beberapa kasus besar di negeri ini, pelakunya adalah etnis Tionghoa. Jika pun hal tersebut bisa terjadi, menurut saya sebenarnya bukan karena faktor etnis atau kesukuan. Sistem pemerintahan yang buruk membuat semua bisa melakukan kejahatan seperti yang dilakukan oleh etnis tionghoa seperti (misalnya) Edy Tansil.

Di lingkungan pergaulan saya sendiri, saya banyak dibuat takjub dan terharu akan kecintaan kawan-kawan etnis Tionghoa terhadap Indonesia.

“Aku tidak peduli dibilang Cina. Dimana pun berada, aku selalu bangga memperkenalkan diri sebagai “I’m Indonesian”. Meski dengan wajah oriental yang aku miliki, bisa saja aku mengaku sebagai “Singaporean” atau sebagai warga negara lain.”

“Kenapa tidak mengaku demikian?”

“Aku cinta Indonesia, wie. Meski perlakuannya kadang tak menyenangkan buat kami, tapi aku tetap orang Indonesia. Lahir dan dibesarkan di Indonesia. Bahkan aku tak punya siapapun di negeri nenek moyang kami. Semua keluargaku lahir dan tinggal di Indonesia. Kalaupun kemudian kami memutuskan untuk tinggal di luar negeri, itu hanya untuk alasan keamanan saja. Jika disuruh milih, sebenarnya aku lebih suka tinggal di Indonesia. Semua kenangan ada di sana.”

Kawan yang lain lagi,

“Ah, gue ga pernah peduli dengan panggilan Cina atau pun Tionghoa. Panggilan-panggilan tersebut tidak pernah berarti buat gue. Gue tetap seratus persen Indonesia. Gue cinta negara ini. Pengen hidup, beranak pinak, dan mati di sini. Maka dari itu, gue nggak pernah konsentrasi terhadap perbedaan kultur dan ras tersebut. Konsentrasi gue adalah bagaimana bikin Indonesia bangga punya warga negara beda seperti gue.”

Dan kawan saya ini, melalui kegiatan positifnya telah membantu banyak warga-warga pribumi kelas bawah dalam meningkatkan Usaha Kecil Menengah mereka.

Jika sudah demikian, apa pentingnya sebuah perbedaan?

Bukankah perbedaan hanya akan berhenti sebatas kata-kata jika kita tak pernah menganggapnya ada? Kalaupun ada sebagian dari kita yang masih mengkotak-kotakkan diri atas dasar kesukuan, kemungkinan karena warisan devide et impera yang ditinggalkan oleh Belanda masih sangat kuat tertanam dalam dirinya, setelah berabad-abad lamanya itu…

Jalanan di Kota Cirebon masih terlihat lengang di pagi hari. Para pedagang makanan masih terlihat sibuk menata dagangan mereka. Saya terus berjalan, menyusuri trotoar, menghirup udara segar.  Udara yang sama, yang dihirup oleh Mbah Ciek, Monic, dan kawan-kawan etnis Tionghoa lainnya. Di kota ini, saya banyak belajar tentang arti perbedaan yang tak bermakna “beda”.

Dirgahayu ke 66 Indonesiaku.

Salam,

-wiwikwae-

*Catatan sejarah diambil dari berbagai macam sumber *

ShareTweetSend
Previous Post

[Adv] Pulang, Bersama #XLnetRally

Next Post

Senjakala Surat Kertas

wiwikwae

wiwikwae

Specialist, in Social Media Marketing Communication & Branding.

Related Posts

Work From Home & Tips Menyiasati The New Normal.
Short Story

Work From Home & Tips Menyiasati The New Normal.

May 10, 2020
Semarang, Kampung Halaman
Short Story

Semarang, Kampung Halaman

May 4, 2020
Sometimes it Snows In April – When in Berlin
Short Story

Sometimes it Snows In April – When in Berlin

August 12, 2018
Next Post

Senjakala Surat Kertas

Babat Gongso, Semarang, dan Kenangan

Comments 11

  1. bukik says:
    14 years ago

    Ulasannya panjang dan lengkap…….jaman demo reformasi dulu banyak kok teman-teman Tionghoa….
    Kalau menyimak posting diatas, rentang perbedaan itu bisa berlapis : warga negara, tetangga, sahabat, cinta/keluarga. Maksudnya gini, mungkin sebagian orang menerima warga negara dari berbagai etnis, tapi tidak untuk jadi tetangga. Bersedia punya tetangga yang beda etnis, tapi tidak untuk jadi sahabat. Bersedia punya sahabat yang berbeda etnis, tapi tidak untuk jadi pasangan cinta/keluarga.
    Dan ada keragaman derajat penerimaannya………
    Aku pribadi masih pada tataran sahabat. Kalau sampai level keluarga, wah bisa ngamuk2 sekeluarga. Itu pengalaman yang dialami oleh bapakku juga dulu.

    Reply
  2. wiwikwae says:
    14 years ago

    @bukik : bener, mas. Sampai sebegitu dalam dan kuatnya efek dari devide et impera pada tatanan kehidupan berbangsa dan bernegara kita.

    Saya pribadi setuju dengan level2 yang disampaikan oleh mas bukik. Memang seperti itulah adanya kondisi hubungan antara etnis Tionghoa-Jawa di negeri kita tercinta ini.

    Semoga semakin menuju ke perubahan yang lebih baik lagi..

    Reply
  3. soufandifumi says:
    14 years ago

    niceshare
    :loveindonesia:

    Reply
  4. angki says:
    14 years ago

    Bicara soal Cina, China, Tionghoa. Ada beberapa temenku yg menyebut dirinya “Cina”.

    Misal; Angki (A) dan Temen Tionghoa (TT)
    A : Eh penjual mie yg enak itu yg mana?
    TT: Itu lo di depan JMP warung kuning, yang jual “Cina”

    kasus lain
    TT: eh Ki, kemarin lu motret nikah di gereja mana?
    A : itu di GKJW Ngagel
    TT: Pendetanya siapa? “Cina” bukan?

    Dan banyak lagi contoh yang temen saya lainnya yang bikin saya bingung ketika dia menyebut “Cina” padahal dia sendiri Tionghoa

    :*

    Reply
  5. DV says:
    14 years ago

    Jero, Mah! Harusnya para pemimpin baca tulisan yang kayak gini… Hidup Indonesa!!!

    Reply
  6. drg_fahmie says:
    14 years ago

    Indahnya keberagaman jangan hanya menjadi lip service saat perebutan kekuasaan demi menuai simpati, tapi jadikan ia sebuah sikap akan identitas diri sebagai bangsa yg majemuk. Menurut saya, peran terbesar terhadap pengkotak2an etnis dan kesukuan tdk terlepas dari mental para pendidik yg terkontaminasi doktrin kolonial. Tidak perlu terlalu jauh menilai hubungan pribumi dan warga keturunan. Lihat saja sekeliling kita yang masih saja mempermasalahkan karakter kesukuan, baik dalam hal hubungan kerja maupun bermasyarakat. Kita masih dengan mudah terpancing konflik jika menyangkut “harga diri” suku.saya berharap, kita semua menyadari ini dengan menanamkan jiwa ketulusan dalam keberagaman dalam diri dan anak cucu kita. Semoga bangsa ini menjadi bangsa yang lebih bermartabat. Sekian. Terima kasih.

    Reply
  7. Billy Koesoemadinata says:
    14 years ago

    Aaaakkk…
    Ini ada yang mirip pengalaman pribadikuuuu…
    *JLEB*

    Anyway,, kalo jadi peranakan dari orangtua yang Cina & Jawa, lebih ribet lagi.. Ga masuk ke mana2..
    :(

    Reply
  8. wiwikwae says:
    14 years ago

    @billy : waah.. Menarik tuh. Tentang bagaimana rasanya jadi warga “campuran”. Kapan2 share ya..

    Reply
  9. Didikyanto says:
    14 years ago

    Bahasannya menarik sekali, bener-bener pengalaman sehari-hari. Pernah juga pacaran, bagitu mau diseriusin kok ndak boleh sama keluarganya. ha ha ha…

    Mungkin bagian dari hidup ya, padahal sesama tapi nempel sebagai stereotip ndak bisa hilang, dan ini plus dan minus kan?

    Sekali lagi bagus sharingnya Mbak. Matur nuwun. Tuhan memberkati.

    Reply
  10. Sriyono Semarang says:
    14 years ago

    mampir ahhh setelah lama nggak ke sini,
    klo negeri ini bersatu sebenarnya kita bisa melibas malaysia, atau singapore, karena nggak punya spirit kebersamaan kita lamaaa dijajah, negeri kecil seperti belanda, kini, secara ekonomi, kita dijajah oleh negeri sekecil singapore, ter la lu…

    Reply
  11. Delia says:
    13 years ago

    (untuk yg nomer 4) setiap bgaian dari suatu konstruksi benda mempunyai peran penting. Bagian kayu dari pensil (bagian luar) sangat penting untuk menjaga kekokohan arang di dalamnya, bila kualitas kayu tak baik maka arang di dalam bisa rapuh dan mudah patah saat di raut. Bila arang saja tanpa bungkus kayu, maka memegangnya akan sangat tidak nyaman karena seluruh tangan bisa tercoreng. Jadi menurutku, tidak ada istilah bgaian terpenting’ karena semuanya penting. Walau ada hal yg lebih penting lagi, yaitu bagaimana, untuk apa pensil itu digunakan.

    Reply

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Recent Posts

APAKAH  HASHTAG  INSTAGRAM  MASIH  RELEVAN  DI  2020?

APAKAH HASHTAG INSTAGRAM MASIH RELEVAN DI 2020?

May 28, 2020
Work From Home & Tips Menyiasati The New Normal.

Work From Home & Tips Menyiasati The New Normal.

May 10, 2020
Semarang, Kampung Halaman

Semarang, Kampung Halaman

May 4, 2020
Sometimes it Snows In April – When in Berlin

Sometimes it Snows In April – When in Berlin

August 12, 2018
Rembulan Di Marienplatz.

Rembulan Di Marienplatz.

August 12, 2018

Popular

  • 7 Hal Yang Wajib Diketahui Jika Mengunjugi Kota Xiamen, China

    7 Hal Yang Wajib Diketahui Jika Mengunjugi Kota Xiamen, China

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • [Adv] #EksisTerus, Jalan Terus

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tentang Kasus “Titip Doa Baitullah”

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Aku, Kamu, dan Setan Itu…

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Fenomena Crop Circle

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • PELUK

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

Instagram

  • Sedang rajin menulis pake tangan  Konon katanya  menulis pake tangan bisa utk terapi   Kalo buat saya  utk melatih otot tangan yg mulai kaku2 jarang diajak menari   Kalo kalian           handlettering   wisdomquotes   TanyaMbaknyai   quoteoftheday   handwriting
  • Yuk  mareee    Yg hobi gambar  nge-doodle  nulis  silakan menyimak obrolan dengan Tamu Klinik kami siang ini   ruthwijaya   Bakalan seru nih  Am so exciteeeed       Link ada di Bio Ya     Jam 11  sebentar lagi nih di  BrandKlinik            senigambar   marketingtips   socmedtips   socialmediamarketing   doodle  supportsmallbusiness   supportlocalbusiness
  •  BrankKlinik Sesi ke 5 diskusinya menarik  karena membahas salah satu makanan kesukaan  Siomay Perintis  bersama pemiliknya  Mas  hagihagoromo     Diskusi di Brand Klinik sesi ini berhasil memberikan ide  DijaminTidakAwet  karena produk siomaynya memang tidak awet  Penasaran di mana tidak awetnya  Simak langsung yaa       Jika ada UMKM baik jasa produk personalbrand  tertarik untuk berdiskusi dan mencari solusi di BRANDKLINIK  bisa mengisi formulir pendaftaran yang ada di bio yaa     Kami akan bantu memecahkan masalah anda di bidang Branding Markom Social Media Marketing   GRATIS         UMKM  BISNISKULINER  SUPPORTBUSINESSLOCAL  KELASSINAU
  • Sering sekali kita berbelanja kebutuhan rumah tangga yg kemasannya dari bahan plastik  Jangan buang tempatnya jika isi sudah habis  Bisa kita manfaatkan untuk membuat ruang rumah kita jadi hijau lho   Atau dengan sedikit kreasi  tempat-tempat bekas tersebut bisa untuk hantaran tanaman hasil perkembangbiakan ke tetangga saudara kawan
  • Bisnis Kulit dan cara optimasi social media di masa pandemi  adalah tema bahasan  BrandKlinik Episode ke 7   Ada Hadiah bagi para penanya  ID Card Holder  geser ke kiri     Setelah berhasil memberikan ide gagasan untuk bisnis para UMKM yg join di Klinik kami dalam mengurai permasalah bisnis mereka  kami berencana menambah jam tayang guna mengakomodasi para pendaftar yg semakin banyak ini  Seperti apa keseruannya  Simak Obrolan kami di Channel Youtube BrandKlinik  Link bisa dilihat di Bio    Mari berbagi  berdiskusi  dan cari solusi di ruang klinik kami                 marketingcommunications   socmedmarketing   bisnisonline   umkm   beautytips
  • Kalo ketemu sama orang-orang kreatif itu menyenangkan ya   Kadang bikin takjub dg cara pandang mereka yang  keluar dari box   Out of the box   Yang seperti apa sih itu   Mudah nulisnya  tapi tak mudah menemukan maksudnya    Kalian tahu maksud out of the box itu yg seperti apa   SobatNyai   Jyaaah     Sobat nyai      Pasaran banget dan gak  out of the box         In frame  Penulis novel  Youtuber handal  founder skygrapher       TanyaMbaknyai  friendship   coffeebreak   creativearmy
  • Home
  • About Me
  • Archives
  • Contact

© 2020 WiwikWae.

No Result
View All Result
  • Beranda
  • Short Story
  • Social Media Marketing
  • Cooking Trick
  • Ads Story
  • Brand Klinik

© 2020 WiwikWae.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In