Percayakah kamu akan sebuah kebetulan?
Serendipity, film lama yang diperankan oleh John Cusack dan Kate Beckinsale. Mengisahkan tentang sebuah kehidupan yang dimulai dari sebuah “kebetulan”.
Johnathan Trager (John Cusack) bertemu dengan Sara Thomas (Kate Beckinsale) di sebuah pusat perbelanjaan di New York, Bloomingdale, beberapa hari menjelang Natal. Pada saat itu, mereka sedang mencarikan hadiah buat pacar mereka masing-masing. Pertemuan mereka dimulai dari sebuah kebetulan, yaitu sama-sama menginginkan sepasang kaus kaki hitam yang ternyata stoknya tinggal satu. Mengetahui Sara begitu menginginkan benda tersebut membuat John akhirnya mengalah. Perjumpaan mereka yang secara kebetulan itu berakhir di sebuah rumah makan yang bernama Serendipity (yang memiliki arti a fortunate accident).
Memang, itu baru cerita awal dari film yang berdurasi sekitar 2 jam tersebut. Di sini, saya tak hendak membuat resensi filmnya. Saya hanya tertarik dengan sebuah pembelajaran yang disampaikan melalui jalan cerita film ini. Tentang asumsi-asumsi sesaat akan sebuah keadaaan. Bahwa jika A digabungkan dengan B maka hasilnya pasti AB. Padahal hidup bukanlah hitungan ilmu pasti. Ada banyak kemungkinan dan alasan kenapa A digabungkan dengan B belum tentu hasilnya adalah AB.
Untuk mempermudah penggambarakan akan kalimat diatas, mari kita coba cermati beberapa adegan dalam film tersebut :
John merasa bahwa Sara adalah jodohnya. Untuk itulah dia bermaksud melanjutkan pertemuan singkat tersebut dengan memberikan Sara nomor teleponnya yang ditulis pada selembar uang. Namun uang tersebut malah dijajakan sama Sara. Semberi menyampaikan kepada John bahwa jika mereka berjodoh, maka uang tersebut akan sampai ke tangan Sara. Dan Sara juga menuliskan nomor teleponnya pada lembar pertama sebuah buku yang kelak akan dijualnya ke toko loak. Jika buku tersebut bisa sampai ke tangan John, maka mungkin mereka memang ditakdirkan untuk bersama.
Karena tidak setuju dengan kesepakatan yang sepertinya sangat mustahil tersebut, John masih mencoba cara untuk meyakinkan Sara bahwa mereka itu berjodoh, dengan mengajukan sebuah permainan. Mereka kemudian masuk ke dalam hotel Waldorf Astoria dan masuk ke dalam lift yang berbeda. Kalau mereka ternyata memencet lantai yang sama dan bertemu di lantai tersebut, berarti mereka berjodoh. Dalam scene ini, penonton bisa melihat bahwa mereka memencet nomor lantai yang sama, tapi tidak bagi John maupun Sara yang berada dalam lift terpisah. Saat mereka tidak bertemu dilantai tersebut dalam waktu yang bersamaan dikarenakan lift yang ditumpangi John mengalami sedikit masalah, maka keduanya pun berpikiran bahwa mereka memang tidak berjodoh.
Asumsi yang wajar jika kita berdiri pada posisi John maupun Sara. Tapi sebagai penonton yang mengetahui jalan cerita keduanya, kita mungkin akan berasumsi lain. Mereka bukannya tidak berjodoh, hanya saja butuh sedikit kesabaran dan waktu untuk membuktikan hal tersebut (terlihat dari ketidaksengajaan mereka memencet nomor lantai yg sama. Sebuah kebetulankah? I dont think so).
adegan yang lain lagi :
Bertahun-tahun kemudian, baik John maupun Sara tak kunjung jua menemukan uang maupun buku yang bertuliskan nomor telepon masing-masing. Mereka pun digambarkan telah memiliki pasangan dan memiliki kehidupan percintaan yang sempurna serta memutuskan untuk menikah dengan pasangan masing-masing. Hingga suatu saat, keajaiban-keajaiban muncul. Sara menemukan uang yang bertuliskan nomor telepon John, demikian pula dengan John yang mendapat kado dari calon istrinya berupa buku yang didalamnya tertulis nomor telepon Sara.
Sebuah kebetulan kah? Mari kita cermati adegan selanjutnya.
Berbekal nomor telepon tersebut mereka sama-sama mencari tahu. Mereka seperti mendapat sebuah harapan baru akan arti dari kata “berjodoh” tersebut. Namun kenyataan tidak berkata demikian. Sara mendapati kabar bahwa John hendak menikah dengan wanita lain. Demikian pula John. Saat dia berhasil menemukan alamat rumah Sara, dia melihat sebuah adegan sangat mesra dan intim antara Sara dan pasangannya. Dalam scene ini, Sara terlihat tertawa bahagia.
Asumsi yang muncul diantara mereka : John merasa dia datang disaat yang tidak tepat, demikian pula dengan Sara. Mungkin mereka memang tidak berjodoh. Mungkin mereka dihadapkan pada sebuah kenyataan tentang arti berhenti berharap.
Sudahlah, Sara. Berhentilah berharap. Lihatlah, John bukan jodohmu. Dia hendak menikah dengan wanita lain yang dia cintai!
John, berhentilah berandai-andai. Sara bukan jodohmu! Lihatlah, dia sedang tertawa bahagia dengan pria lain yang sebentar lagi akan menjadi suaminya!
Wajar, jika asumsi itu terbentuk dalam diri Sara maupun John, tapi tentu saja tidak bagi penonton yang mengetahui adegan per adegan dari masing-masing mereka. Banyak scene yang menceritakan bahwa keduanya saling mencintai, saling berharap, bahkan kemudian saling mencoba menepis harap tersebut karena asumsi-asumsi sesaat itu. Namun keadaan lain terus saja menarik mereka berdua pada lingkaran yang sama. Dan scene-scene itu tentu saja hanya bisa diketahui oleh penonton, sementara John dan Sara dikondisikan pada keadaan yang membuat mereka berasumsi seperti tersebut di atas.
Akhir cerita, mereka bisa bersama. Meski harus menempuh waktu yang agak lama untuk dapat mewujudkan hal tersebut.
Begitulah…
Orang menyebutnya itu takdir atau jalan hidup. Melalui film ini, kita belajar untuk dapat menyingkat jalan hidup tersebut dengan cara jangan terlalu mudah mengambil sebuah kesimpulan atau asumsi-asumsi atas setiap keadaan.
Belief.
Dalam diri kita dibekali oleh rasa ini. Dan kita sebenarnya tahu arah mana yang harus dituju. Tapi terkadang, karena asumsi-asumsi sesaat maka kita mengabaikan kata hati. Dengan dalih A, B, C yang terkait dengan asumsi, maka kita membuat alur cerita sendiri lagi. alhasil, rutenya bisa jadi tambah mbulet, ruwet, dan melelahkan. Namun diakhir cerita, kita baru akan menyadari bahwa ooooo…… akhirnya kesini juga tho….
Film Serendipity menggambarkan dengan indah pelajaran tentang janganlah terlalu mudah untuk menyimpulkan sebuah keadaan, karena kehidupan kita dibentuk oleh rangkaian-rangkaian kecil kebetulan yang sudah diatur, yang hanya perlu kita yakini dalam hati.
Lamat-lamat terdengar suara STING menyanyikan lagu When We Dance dari kamar sebelah.
……..
Come and live with me
We’ll have children of our own
I would love you more than life
If you’ll come and be my wife
When we dance, angels will run and hide their wings …
Selalu ada alasan pada setiap kejadian…… Selamat Merayakan Hari Kasih Sayang, kawan!
Salam,
wiwikwae
ps : gambar di dapat dari blognya hani
Serendipity…..
Ulasan film yang seperti kuliah kehidupan..
*geleng-geleng* *cari kaca*
Ingin bercermin pada ulasan film ini..
*sodorin kaca ke gie* :)
berharap itu yang sedang terjadi padaku dan Bli…ups…curcol :-p
Cinta klasik inih… hihihii kata orang tua “lah kasih sayang kok cuma sehari” *lhaaarrr*
Btw ini filmnya kliatan keren…jadi pngn nonton :D
Selamat Hari Kasih Sayang…
Yang belum punya yang menyayangi kita…
Dont Worry be Happy… :D
oh ya, one of my “girls-thingy-favorite” movie. Yang membuat saya semakin yakin dengan kata-kata yang dulu saya ciptakan sendiri, lalu saya buang karena skeptis, yang berbunyi kurang lebih begini : “if something were meant to be, it will find the way to be no matter what”.
ya kurang lebih begitu lah…
dan membuat saya kembali membaca The Alchemist, untuk kesekian puluh kalinya, hanya untuk meyakinkan diri bahwa ketika saya menginginkan sesuatu dengan sepenuh hati, maka seluruh universe ini akan berkonspirasi membuka jalan saya untuk menuju situ.
Ah ya, tapi sekali lagi, CUMA untuk meyakinkan diri. Yang sebenernya emang cuma butuh diyakinkan. Tidak butuh jawaban.
haish.
*minggat sebelum disetrum mbak wik*
saya belum nonton filmnya, tapi kayaknya menarik dari ulasannya ini banyak hal filosofis yg ada di film ini *noted*
Edian, jadi smalam kamu ngga tidur itu nerjemahin teks film satu per satu njuk mbok paste kemari tho? Sangar ik :)
Ulasannya bikin orang jadi pgn nonton filmnya. Semoga filmnya bener-bener bagus :)
@chic : Iya. Alam merespon apa yang kita yakini. Makanya, yakinlah apa yg dikatakan rudy. *setrum chichi*
@arul & selina : filmnya bagus lhoo… menurutku sih..
*keplak doni
ow ow ow
jd pengen liat filmnya deh,
kuliah molo jadi jrg liat pelem hihihi
iah sip sering nongol ajah y wi biar dapet award,gtw jg nie kpn bagi2nya lagi,ssh bagi jadwal hihihi
udah polow-polowan blum wi,suka ga ngeh liat polowels ~_~
tulisan yang bagus…
Setubuh dengan kesimpulannya “janganlah terlalu mudah untuk menyimpulkan sebuah keadaan, karena kehidupan kita dibentuk oleh rangkaian-rangkaian kecil kebetulan yang sudah diatur, yang hanya perlu kita yakini dalam hati”
tapi keyakinan itu juga harus tidak lepas dengan pemahaman keyakinan masing-masing. Bahwa semua sudah diatur dalam “rancangan indah” Nya.
Hehe…^^ Salam kenal mbak
salah satu film favoritku juga ini Mbak’e.. Gemes-gemes gimana gitu nontonnya. Sempet mikir, dalam kehidupan nyata kejadian kaya gitu beneran bisa terjadi dan ada nggak ya? Ndak pengen nyoba, Mbak? :D
@ devie : pengen sih…. maen film sama john cusack kan? :p
@yoga : salam kenal juga :)
film ini emang bagus, pengennya dalam kehidupan nyata bisa ada g kayak gitu jg.. hihi
bagus nih film
kebetulan itu cuma ada di film :D
ah kenapa saya baru ngebaca tulisan keren ini
rasanya maknyesss
makasih mbak :)