Yesterday, all my troubles seemed so far away.
Now it looks as though they’re here to stay.
Oh, I believe in yesterday.
Suddenly,
I’m not half the man I used to be,
There’s a shadow hanging over me,
Oh, yesterday came suddenly.
Why she had to go
I don’t know she wouldn’t say.
I said something wrong, now I long for yesterday…
Lelaki itu terdiam di temaram malam.
Menikmati indahnya malam yang terasa perih baginya.
Rindunya menggigit…
Masih ia rasakan kegembiraan kala bersama wanita itu. Menikmati berdua tawa yang tersaji, sentuhan tak sengaja yang menggetarkan hati, dan tatap mata yang tak terpungkiri. Ada rindu tersimpan disana…
Andai saja kemarin masih tetap menjadi kemarin sepanjang hidupnya, tentu tawa itu akan tetap menjadi miliknya.
Tawa yang selalu menggairahkan harinya, yang membuatnya bisa melakukan apapun, termasuk menyakiti hati wanita itu dalam diam.
Menyakitinya….
Pernahkan aku melakukan itu? Bukankah dia yang membuaiku dengan kenikmatan ditempat lain, dan kemudian dengan semena-mena memintaku untuk meninggalkannya? Dia tidak pernah tahu bahwa rasa bersalah itu, rasa sakit harus menjauh darinya, dan rasa-rasa tak mengenakkan itu kemudian harus aku tebus dengan hidup yang tak menggairahkan ini.
Hidup yang tak bisa benar-benar aku nikmati. Hidup yang bahkan aku sendiri tak tahu mesti diolah seperti apa lagi. Hidup laiknya seorang zombie, mengikuti ritme hidup tanpa pernah merasakan hidup itu sendiri. Kosong…
Sementara dia?
Dia tampak begitu bahagia. Kegembiraan hidupnya bahkan bisa aku rasakan kala bersamanya kemarin. Ah…. kemarin…. kenapa harus ada kemarin, sehingga kemudian hari ini aku harus terjaga dengan rasa perih yang merintih…
Andai saja kemarin masih tetap menjadi kemarin….
Dibelahan waktu yang lain
Aku menyukai tawa itu, tawa yang dulu pernah aku janjikan untuk selalu aku letakkan di wajah kekar itu.
Tawa yang kemudian membalut segala perih yang pernah ada…
Aku hanya ingin selalu melihat kamu tertawa, tak peduli apakah tawa itu tersaji bersamaku atau dengan yang lain.
Tertawalah. Untuk indah hariku,untuk perih rasaku, dan untuk temaram hari yang semakin beranjak tua.
Tertawalah. Untuk hidup yang terpilih menjadi tak bermakna, dan
Tertawalah. Untuk kemarin yang tak tahu apakah bisa menjelma menjadi hari ini.
Dan wanita itu melukis kuningnya senja di sepenggal harinya. Tak pernah berharap kemarin akan menjadi hari ini, karena kemarin adalah sepenggal kenangan yang telah terlupa.
Wanita itu segera berkemas, meninggalkan harap lelaki yang tak boleh ada….
Semarang, Sebulan kemarin.
Uhuk!
pepeng telah membuat mb wiwik patah hati ya?
ini curcol ya mb wik?