Apa ya, sebutan yang terdengar keren untuk orang-orang seperti saya? Kaum minoritas, yang kala banyak orang berbondong-bondong menyukai sesuatu karena sedang menjadi tren, kami tak peduli. Saat banyak orang mengikuti sesuatu karena gaya hidup, kami tetap tak tergoda untuk menjadi bagian darinya. Kami adalah suara hati kami, tak peduli apakah itu tampak aneh atau tidak bagi yang lain.
Aha! Legal Alien!
Sepertinya julukan itu tampak cocok dan keren.
Kenapa legal? Ya karena kami punya kartu identitas yang diakui secara sah oleh hukum. Kok alien? Uhm.. mungkin karena orang-orang seperti kami bukanlah bagian dari aturan itu. Kami, untuk sebagian orang mungkin tampak aneh karena tak melakukan apa yang “seharusnya” dilakukan oleh sebagian orang itu.
Wine, kaum sosialis pasti tergoda untuk mencicipinya, karena itu bagian dari gaya hidup. Nggak pernah minum wine, berarti nggak keren, dan wine adalah suatu keharusan bagi sebagian besar kaum sosialis itu. Tapi tidak bagi kami, lebih tepatnya saya. :)
“Ndeso luh!”
“Woo… cah kamso!”
“Dasar, masih TK.”
“Ini wine asli dari Yerusalem wie, masak kamu tak tergoda mencicipinya?Ah, dasar kamu.”
Kalimat seperti itu sering terdengar kala dalam sebuah perjamuan atau pergaulan, saya lebih memilih minuman seperti orange juice dibanding minuman yang “seharusnya” itu. Namun saya tak peduli, that’s me already dear…
Saya tak akan memilih sesuatu hanya supaya tampak sama dengan mereka, namun mengabaikan kata hati sendiri. Tidak ada yang salah dengan wine, hanya saja kata hati saya belum berkompromi dengan itu, at least untuk saat ini (hampir 13 tahun dari saat awal mengenalnya).
Kata orang, dugemers wanita pasti akan tersentuh dengan barang-barang seperti ini : rokok, minuman beralkohol, dan drugs. Bagi sebagian besar dugemers yang saya kenal, kata orang itu benar adanya. Tapi hal itu tak berlaku buat saya. Sewaktu kuliah di Jogja dulu, hampir seminggu dua kali saya selalu menghabiskan malam-malam tersebut dengan berdugem ria. Setiap rabu malam dan malam minggu, waktu keramat buat saya dan teman-teman untuk menancapkan eksistensi diri sebagai anak muda yang keren dan gaul. Saat semua teman wanita, tak peduli yang sudah dugemer sejati maupun yang masih “manis”, memesan slimming bikini, Singapore sling, tequila, red wine, Long Island dan minuman beralkohol lainnya, saya tetap memilih orange juice. Yah, much better than a coke. :)
Kalaupun pernah sekali saya salah sedot Long Island, karena waktu itu saya pikir es teh. Ya.. ya… saya pancen ndeso. So what?
Mau di-blacklist dari daftar teman bergaul karena dianggap tak mempunyai kesukaan yang sama dengan kawan yang lain? Ya monggo. Saya tidak akan melakukan apapun yang tidak ingin saya lakukan, apalagi untuk hal yang menurut saya negatif. Tidak ambil pusing dengan resiko apapun yang akan mengikutinya. Bersyukurnya sih, nggak ada kawan yang meninggalkan karena alasan kendesoan saya tersebut. Bahkan hingga kini kawan saya berjibun, dan hampir di setiap kota yang pernah saya kunjungi, paling tidak ada satu kawan baik yang tinggal disana.
Kalau ingin selamat menjadi karyawan teladan di mata bos yang diktator, maka harus mengiyakan apapun yang beliau bilang, tak peduli apakah itu benar atau salah. Dan sebagian besar rekan kerja saya melakukan itu, tapi tetap aturan itu nggak berlaku buat saya.
“Sepertinya bagus tuh, kalau lukisannya ditaruh di tembok sebelah sana yang masih kosong.” Kata si boss
“Wah, bener boss. Bagus.”
“Iya, keren… keren.”
“Tampak serasi dengan meja dan tanaman yang ada disitu.”
“Iya, bagus.”
Dan banyak lagi kalimat dukungan lainnya. Seperti biasa, jika tidak sesuai dengan apa yang ada dipikiran, saya memilih untuk diam. Kecuali jika ditanya.
“Menurutmu, Wik?”
“Tidak cocok bos. Nggak proporsional antara ukuran lukisan dan lebar tembok, sehingga terlihat penuh.”
Mau dipecat? Please do. Saya hanya ingin jujur, menyampaikan apa yang ada dihati dan pikiran saya. Beruntungnya tidak, saya kemudian malah jadi orang kepercayaan si bos karena dianggap paling jujur diantara yang lain.
“Ah, kamu kan yang sering miskol aku pakai private number. Bilang aja kalau kangen. Gengsi banget sih buat ngakuin itu?”
Suatu kali mantan saya pernah menuduh demikian. Buat sebagian orang yang mempunyai gengsi tinggi, mungkin pernah melakukan hal tersebut. But, once again I said, I’m the exception.
Pertama, saya nggak suka melakukan kegiatan pengecut seperti memiskol dan dimiskol. I hate it much! Kedua, provider kartu telepon saya tidak mengakomodir kegiatan tersebut. Dan meskipun dia punya beribu alasan yang masuk akal untuk menuduh saya melakukan hal tersebut, kelak semua itu terbukti, dan saya tetap menyukai nyengir kudanya itu. I love you, mas…. *curcol
Intinya, kami eh, saya adalah apa yang ada dipikiran saya sendiri, bukan apa yang ada dipikiran orang lain. I’m not passenger but a driver in my life.
Hoo.. woo.. I’m an alien… I’m a legal alien.. I’m an English man in New York… be yourself no matter what they say…du..du..
The sweet one legal alien,
ps : Terinspirasi oleh Lagu English Man in New York – Sting
*membayangkan mbak wiwik bertutur ini sambil nguntel2 rambut*
it’s really u…:D
lah kalo sama semua tar jadi kayak abege produksi pabrik kayak yang banyak kelayapan di mol-mol itu dong mbak.. :p
curcolnya kurang panjang mbak *mlipir*
jadi pengen tequila nih..tanggung jawab mba..
jadi pake ubertwitter gak termasuk mengikuti trend yak? :D
@pizka : buat yang lain iya, tapi buatku tidak. aku pake itu karena untuk menunjang kerjaku :p
Wkwkwkwk seru mbak! Istilahmu kok selalu aneh-aneh lho :)
ah, kita cukup sepikiran mbak… *kalem*
*cari-cari Opa Sting di itunes sayah*
ngekek baca komennya mbak indah :lol:
Iya, setuju! Legal alien julukan yg tepat.
Memang harus spt itu sih, cuma banyak yg gampang tergoda dg iming2 kesenangan itu.
gambarnya mewakili judulnya.
Keren!
Adoeh…. soenggoeh poen ini menoendjoekkan seboeah post jang lain daripada jang lain. Empoenja daripada blog ini moesti disandjoeng oentoek memproklamasikan keoenikannja. Seboeah prinsip oentoek diakoei berbeda daripada jang lain.
Tentoe… tentoe sadja djika tidak ikoet-ikoetan keboele-boelean dengan memadjang lagoe daripada Toean Sting jang boekan lagoenja orang kampoeng ataoe toeroet serta memasoekkan boso Inggris. Adoehai, kenapa dirikoe djadi merasa oedjoeng-oedjoengnja sama poela rasanja dengan blog-blog daripada manoesia gawoel lainnja…
Moengkin keoenikan itoe, kemaoean oentoek tampak berbeda, tiada moesti diproklamasikan. Beaoetj konon poela is in the ejes of the beholders, kata orang sekampoeng dengan Paoel Mc.Cartney jang orang kampoeng di Indonesia beloen tentoe pada kenal poela (djadi orang kampoengan sadjalah jang kiranja betoel-betoel “makhloek asing jang halal” :P )
Ini komen tjoema doea sen sadja. Retjehan pertanda doenia memang tak sama-seroepa adanja.
yang penting sesuai dengan hati,, mau arah kanan po kiri gak masalah semestinya..
majuuuu jalan …!! :mrgreen:
Setujuuuuu…!
Legal alien is a cool person!
berarti saya ini juga termasuk legal alien ya??
kalo mbak wiek milih orange juice, aku air es aja mbk..
hwehehehe… :D
I propose not to hold back until you earn enough amount of cash to buy goods! You should get the business loans or bank loan and feel yourself comfortable