Beep..beep… Layar ponselku menyala, ada sms masuk.
– kamis, jam 9 mlm ada film bagus di ANTV, ‘Pay It Forward’ Rugi kalo gak nonton.
Sms dari seorang sahabat itu telah mampu membuat saya bertahan di channel tv yang jarang saya tonton tersebut. Pay it forward, film jadul yang sudah saya tonton beberapa kali. Tapi anehnya, setiap kali ada kesempatan untuk dapat menontonnya kembali, saya selalu tak pernah melewatkannya.
“Aku akan berbagi kebaikan kepada tiga orang, dan masing-masing dari tiga orang yang menerima kebaikanku tersebut harus membalasnya dengan cara membagi kebaikan kepada tiga orang yang lain, demikian seterusnya…”
Begitulah penjabaran sederhana tentang proyek Trevor (tokoh utama dalam film tersebut). Dia mengilustrasikannya di papan tulis dengan satu bulatan yang mempunyai 3 kaki, dan setiap kaki tersebut harus mempunyai 3 kaki lagi kebawah, begitu seterusnya. Persis seperti bisnis MLM yang marak di Indonesia, dimana setiap orang harus mencari downline supaya terbentuk jaringan bagus yang akan menguntungkan sang upline.
Sejenak proyek Trevor yang dia presentasikan di depan kelas tersebut sedikit mengusik pikiran jahil saya. Seandainya saja aku ada diantara anak-anak di kelas tersebut, mungkin aku akan interrupt dan bilang, “Brarti kamu ga tulus dong Trev, memberikan kebaikan dengan mengharapkan imbalan. Meski imbalannya berupa kebaikan pula, tetep aja namanya ndak tulus itu.”
Tapi, beberapa saat kemudian saya justru tersentil sendiri dengan pemikiran jahil tersebut.
Di dunia ini, mana ada sih yang tanpa pamrih?
Seorang Ibu yang terkenal akan kasihnya nan tuluspun tetap mengharapkan pamrih akan kasih yang telah dia berikan tersebut. Meskipun pamrih tersebut tidak selalu harus berujud suatu sanjung puja apalagi harta. Melihat sang anak bisa tumbuh menjadi “kebanggaan hati” mungkin sudah cukup menjadi bayaran atas segala pengorbanannya dalam membesarkan sang buah hati tersebut.
Bahkan saya sendiri -si pemikir jahil, juga seperti itu. Dulu ketika masih kuliah, dalam perjalanan pulang Jogja-Semarang sering saya jumpai ibu-ibu tua, mbak-mbak yang kerepotan karena harus membawa balita, dan bapak-bapak yang sangat renta, tidak kebagian tempat duduk dalam bis non patas yang saya tumpangi. Jika melihat kondisi seperti itu, hati saya pasti tersentuh. Kursi empuk penghilang penat dalam menempuh perjalanan yang lumayan lama pun pasti akan saya tawarkan ke mereka. Tidak apa-apa berdiri 4 jam, toh aku masih cukup muda, bahkan dengan berdiri, seisi bis bisa melihat betapa keren penampilanku. Begitu kira-kira pikiran positif yang terlintas kala itu. :p
Terlepas dari pemikiran positif tersebut, sebenarnya dalam hati kecil saya ada sebuah pengharapan atas kebaikan yang telah terberikan. Semoga kelak, dimanapun orangtua atau keluarga saya berada akan selalu mendapat perlakuan manis seperti saya memperlakukan mereka. Memang sih, pengharapan itu bukan untuk saya, tapi tetap saja ada sebuah pamrih yang terselip.
jadi, ndak ada salahnya tho klo Trevor ingin sebuah balasan atas kebaikannya? Lha wong Tuhan juga sering ngiming-imingi * kita dengan berbagai macam pahala untuk beraneka macam kebaikan yang kita lakukan kok, palagi cuman Trevor??
Saya pun semakin terpojok, manakala pikiran jahil yang lain ikut pula mengingatkan,
Lagian ngapain kamu ngurusin kebaikan yang sepaket dengan pamrih tersebut? Lha kamu sendiri, udah diiming-imingi pahala yang begitu menggiurkan aja ga pernah konsisten dalam melakukan kebaikan kok, palagi ga dikasih apa-apa???
Tiba-tiba mata saya menjadi berkaca-kaca. Buliran air mata haru… Entah karena sentilan pemikiran jahil yang begitu tajem, atau memang film Pay It Forward yang pada endingnya sungguh menyedihkan tersebut.
Ah… film yang benar-benar inspiratif. Saya jadi diingatkan untuk selalu Pay It Forward (PIF) atas segala nikmat yang saya rasakan selama ini.
Selamat berbagi,
-wiwikwae-
ps : repost dari blog terdahulu dengan sedikit polesan pembaharuan.
*gambar diambil dari google
Saya juga menyukain film ini. Menyentuh sekali, dan membuka mata hati kita untuk mengerti pentingnya berbagi.
salam kenal.
cen apik film nya… mlm kebajikan
sebuah tulisan singkat yang sarat akan makna dan menohok tetap di jantung. sebuah kalimat yang menyadarkan saya dari semua ini
aku juga suka film itu… baguuuuuus :D
Iya, filmnya bagus banget. aku juga udah sering nonton film ini. Jadi pengen nonton lagi deh
Filmnya bagus, aku juga suka. Tulisan ini bikin aku seperti tertampar mbak…
mampir ah… ;)
aku rung nuntun kuwi..
jadi pengens..
Film tentang MLM ya? *lirik poster* males nonton ah…
misi numpang lewat mbak…..
saya juga suka film ini. sangat inspiratif. kalau dibikin gerakan kayak di film itu wuuaaaah… mantap
aku belum pernah nonton..kayaknya seru…
That’s way more clever than I was expecting. Tnhkas!