Gambar-gambar penuh kedukaan terus saja memenuhi layar kaca hampir di setiap channel yang aku tekan. Gempa di Kota Padang memang telah menimbulkan kedukaan yang dalam. Terlihat evakuasi korban yang hingga detik ini masih juga belum selesai dilakukan.
Dari sekian banyak gambar yang sering saya lihat, mulai dari video yang diambil oleh juru kamera stasiun televisi hingga video amatir, banyak didominasi oleh gambar para wanita yang sedang “berjuang” untuk keluarganya.
Saat gempa terjadi, terlihat gambar wanita-wanita berlarian dengan membawa serta beberapa anaknya yang masih kecil-kecil. Di tempat lain lagi terlihat para wanita sedang menelungkup, mencoba melindungi sang anak dari reruntuhan dengan menjadikan badan mereka sebagai tameng. Dan banyak lagi gambar-gambar yang melukiskan betapa sang bunda rela berkorban untuk melindungi buah hatinya dari sebuah bencana. Tidak hanya itu, bahkan saat pasca bencana, lagi-lagi saya melihat para wanita dengan air mata yang berlinang sibuk mencari keluarga mereka yang hilang, di reruntuhan bangunan, rumah sakit, dan beberapa tempat lainnya.
Wanita…
Meski terlihat lemah di luar, namun dalam dirinya mempunyai kekuatan yang luar biasa. Saya jadi ingat cerita beberapa sahabat mengenai kehebatan seorang wanita dalam menghadapi setiap masalah hidupnya.
Sebut saja joni, mantan aktifis yang pernah diculik saat rezim orde baru. Joni bercerita bahwa Ibunya sungguh luar biasa dalam menghadapi tragedi penculikannya. Sang ibu terlihat begitu gigih dan pantang menyerah untuk mengupayakan pembebasan anaknya, bahkan rela mengorbankan nyawa kala ancaman dari beberapa pihak datang menganggu ketentraman keluarganya. Sementara sang ayah, Beliau meninggal karena beban pikiran yang teramat berat terkait dengan ancaman dan usaha pembebasan sang anak yang tak kunjung jua menemui hasil.
Seorang ibu yang membantu pekerjaan rumah tangga di tempat kakak saya, bercerita bahwa dulu mereka termasuk keluarga terpandang. Si ibu adalah mantan sekretaris sebuah perusahaan consumer good besar di Semarang, sementara suaminya bekerja di sebuah perusahaan asing dengan posisi yang bagus. Waktu berselang, dan roda kehidupan mereka mendadak berputar ke bawah. Mereka jatuh miskin. Sang suami yang terbiasa bekerja dengan posisi bergengsi tak sanggup menghadapi kenyataan pahit tersebut, dan memilih untuk menjadi pengangguran hingga sekarang. Sementara si Ibu harus rela menjadi pembantu rumah tangga demi untuk melihat anak-anaknya tumbuh dan mendapat pendidikan yang semestinya.
Itulah wanita.
Fragile outside, strong inside.
Dengan hanya dua tangan, wanita harus mampu menjaga sang anak dari segala macam bahaya, bahkan dalam waktu yang bersamaan dia juga harus mampu memberikan pelukan bagi sang terkasih dari rasa sakit hati dan keterpurukan. Dia harus tetap lembut sekaligus kuat dalam menghadapi setiap keadaan yang menimpanya.
Dan, untuk dapat melakukan itu semua, wanita hanya punya satu senjata. Air mata….
Air mata yang dapat ditumpahkan saat hati teriris perih akan sebuah penghianatan cinta,
Air mata yang akan mengucur kala tak kuasa membimbing sang anak dalam perjalanan indah penuh bunga,
Air mata yang membasuh lelah akan himpitan beban kehidupan,
Dan air mata yang akan membalut segala senyum serta bahagia yang tercipta.
Jika sudah demikian, masihkah kalian mampu untuk menambah deras air mata mereka?
Tiba-tiba saya rindu akan belai lembut sang bunda…
Salam haru,
-wiwikwae-
ps : Buat para wanita korban bencana gempa di ranah minang, semoga Tuhan akan mengangkat segala deritamu dan menggantikannya dengan senyum kebahagiaan.
*Gambar didapat dari google
PERTAMAX gan!!
Semoga sabar bagi yg mendapat musibah
Aku suka kutipan ini: Fragile outside, strong inside.
Itulah wanita..
*ambil tissue*
Tulisannya bagus mbak, tapi laki-laki juga selalu ikut berperan dalam setiap masalah keluarga lho. Buat nyari nafkah, dan melindungi mereka dari mara bahaya.
masih tetep nanyain kabar keponakan di jogjah
*save as trus diprint buat bacaan anak tetangga sebelah*
KEDUAX gan..!
semoga badai cepat berlalu
duh gagal jd keduax (doh)
gudangku…
Iya, wanita memang hebat.
semoga korban gempa di Padang mendapat kekuatan dalam menghadapi ini. Amin.
kangen mbak wiwiiiiiiik.. kapan dirimu kembali ke jakarta?
*peluk-peluk*
hai, chicccccc… *peluk vio
aku juga rindu denger ketawamu, insya allah bulan depan ke jakarta
Aku juga suka qoutenya, “fragile outside, strong inside”
Tulisannya keren mbak.
aduh, berkaca2 mbacanya… tulisan yang sangat menyentuh. Sudah lama tulisan2 kayak gini ndak nongol di ngerumpi.
btw, kangen banget sama dirimu jeung… kangen banget :)
Cepat balik ke jakarta yah… banyak yang kangen dirimuuuu… *hugsss*
mbak wiwik hehehhe mampir n ngomen nih sekarang setelah pertemuan di PB kemaren…
terharu baca yang inih…hehehhe…
kita ketemu2 lagi ya di blog…
-ocha-